Implementasi Analisis Akuntansi
Implementasi Analisis Akuntansi
Pada
bab 3 kita telah belajar bahwa analisis akuntansi meminta analisis untuk
menyesuaikan angka akuntansi perusahaan dengan menggunakan informasi yang ada
pada saat arus kas dan informasi pada catatan atas laporan keuangan guna
membatalkan setiap distoris akuntansi. Penuangan kembali laporan keuangan (recasting the financial statements)
menggunakan format standar membantu meyakinkan bahwa ukuran kinerja yang
digunakan untuk analisis keuangan dihitung dengan menggunakan definisi yang
dapat dibandingkan antar perusahaan dan antar waktu.
Bab
ini akan menjelaskan bagaimana menuangkan kembali laporan keuangan perusahaan
pada format yang menggunakan istilah dan klasifikasi standar, mendiskusikan
berbagai distori akuntansi yang mungkin muncul dan menunjukan bagaimana membuat
penyesuaian sesuai dengan laporan keuangan standar untuk membatalkan distori.
Menuangkan Kembali Laporan Keuangan
Perusahaan
seringkali menggunakan tata nama dan format yang berbeda dalam menyajikan laporan
keuangan. Contohnya aset goodwill
bisa dilaporkan secara terpisah dengan menggunakan nama akun “goodwill”, atau “kelebihan biaya atas aset
neto perusahaan yang diakuisisi” atau “kelebihan atas nilai wajar” atau bisa
juga dimasukkan pada akun aset tidak berwujud lain- lain.
Tugas
pertama analis dalam melakukan analisis akuntansi adalah melakukan penuangan
kembali laporan keuangan pada format yang umum sesuai standar. Tugas ini
mencakup mendesain format untuk laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan laba rugi komprehensif yang dapat digunakan untuk
standardisasi laporan keuangan setiap perusahaan.
Salah
satu hambatan yang dialami oleh analis saat menuangkan kembali laporan laba
rugi berbasis IFRS adalah standar internasional yang mengizinkan perusahaan
untuk mengklasifikasikan biaya operasionalnya dengan dua cara yaitu berdasarkan
sifatnya dan berdasarkan fungsinya. Klasifikasi berdasarkan sifatnya
mendefinisikan kategori dengan merujuk pada penyebab timbulnya biaya operasional.
Perusahaan yang menggunakan klasifikasi ini biasanya membedakan antara biaya
bahan, biaya karyawan, dan biaya asset tidak lancar (depresiasi dan
amortisasi). Sebaliknya klasifikasi berdasarkan fungsinya merujuk pada tujuan
biaya operasional tersebut. Pada klasifikasi ini, perusahaan biasanya
membedakan biaya yang terjadi untuk tujuan produksi barang atau jasa yang
dijual – disebut sebagai Harga Pokok Penjualan – dan biaya untuk aktivitas
overhead seperti pekerjaan administrasi dan pemasaran yang disebut sebagai –
Beban Penjualan, Administrasi dan Umum (SG&A). Laba rugi yang disiapkan
dengan menggunakan klasifikasi terakhir akan mempunyai akun “Laba Bruto” (Gross Profit), yang
didefinisikan sebagai selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan dan
mengukur efisiensi aktivitas produksi perusahaan.
Meski
klasifikasi beban operasional berdasarkan fungsinya (classification of operating expenses by function) bisa memberikan
informasi yang lebih baik tentang efisiensi dan profitabilitas aktivitas operasional
perusahaan namun beberapa analis lebih suka melakukan klasifikasi beban
operasional berdasarkan sifat (classification
of expenses by nature) karena sangat sedikit keputusan perusahaan yang
terlibat dalam klasifikasi ini.
Adopsi IFRS Pertama Kali
Pada
akhir tahun 2004, sekitar 1.000 persen perusahaan diseluruh dunia menyiapkan
laporan keuangannya sesuai dengan standar IFRS. Meski kewajiban untuk
melaporkan berbasis IFRS dikenal hanya dibeberapa Negara yaitu tahun 2005 di
Eropa dan Australia, tahun 2007 di Selandia Baru dan China, namun jumlah
pengguna IFRS meledak, melebihin 10.000 perusahaan. Tahun 2008 SEC mengusulkan
peta jalan yang memungkinkan adopsi IFRS di Amerika Serikat dan penambahan
jumlah pengguna IFRS sepanjang pertengahan tahun 2010.
Ditahun
pertama perusahaan menerapkan IFRS, perusahaan harus menyiapkan angka laporan
keuangan berbasis IFRS pada tahun terkini dan menyatakan kembali laporan posisi
keuangan serta laporan laba rugi tahun sebelumnya agar dapat perbandingannya.
Perusahaan perlu mencatat seluruh kejadian yang berhubungan dengan IFRS selama
setahun sebelumnya dan tahun terkini. Guna menghindari penyalahgunaan bias
hindsight (peninjau kebelakang) saat menyiapkan neraca (laporan posisi
keuanagan) berbasis IFRS pertama kalinya, pengadopsi tidak boleh menggunakan
informasi yang diterima setelah tanggal laporan posisi keuangan.
Pada
laporan keuangan berbasis IFRS pertama, perusahaan harus mengungkapkan
setidaknya informasi sebagai berikut guna menggambarkan efek adopsi IFRS pada
angka keuangan:
·
Deskripsi sumber perbedaan antara modal
yang dilaporkan dengan menggunakan standar akuntansi sebelumnya dan IFRS serta
efek perbedaannya secara kuantitatif. Perusahaan harus menyiapkan rekonsiliasi
modal pada laporan posisi keuangan pembuka dan penutup.
·
Rekonsiliasi laba neto yang dilaporkan
dengan menggunakan standar akuntansi sebelumnya dan IFRS untuk tahun
sebelumnya.
Secara
praktik sulit bagi pengadopsi pertama IFRS untuk melacak setiap kejadian dimasa
lalu karena mungkin tidak menyimpan data masalalu. Pengadopsi IFRS bis memilih
untuk menambahkan akumulasi selisih translasi ke modal atau membuat nol saldo
akun tersebut saat pengadopsian.
Pengakuan
Aset
Akuntan mendefinisikan
asset sebagai sumber daya yang dimiliki atau dikendalikan perusahaan sebagai
akibat transaksi di masa lalu dan diharapkan dapat menghasilkan mamfaat
ekonomis di masa mendatang yang bisa diukur dengan tingkat kepastian yang
wajar.
Distorsi dalam Nilai aset muncul karena
ambiguitas yaitu:
·
Kepemilikan maupun pengendalian sumber
daya ekonomis tersebut dipertanyakan.
·
Sumber daya ekonomis mampu memberikan
mamfaat di masa mendatang yang dapat diukur dengan kepastian yang wajar
·
Nilai wajar aset akan jatuh dibawah
nilai bukunya
·
Nilai wajar diestimasi secara akurat
Siapa yang memiliki dan mengendalikan sumber
daya?
Kepemilikan atau pengendaliannya relatif
jelas yaitu perusahaan pengguna sumber daya adalah pemilik sumber daya
tersebut.aturan akuntansi kadang kala masih menyediakan ruang untuk dekresi
manajer dan auditor guna memutuskan apakah perusahaannya memang menjadi pemilik
atau pengendali aset tersebut atau tidak.Diskresi pelaporan perlu guna
memamfaatkan pengetahuan manajer tentang substansi ekonomi dari setiap
transaksi perusahaa namun diskresi ini bisa disalahgunakan manajer untuk
melaporkan transaksi secara keliru guna memenuhi tujuannya sendiri.
Bisakah mamfaat ekonomi diukur dengan
kepastian yang layak?
Selalu sulit meramalkan secara akurat
tentang mamfaat di masa mendatang berkaitan dengan aliran keluar modal karena
dunia penuh dengan ketidakpastian.mamfaat ekonomis dari riset dan pengembangan
biasanya dianggap memiliki ketidakpastian yang tinggi.aturan yang meminta untuk
menyegarkan pengakuan biaya untuk beberapa pengeluaran aset kunci mungkin
merupakan akuntansi yang baik,namun menciptakan tantangan bagi analisis yaitu
laporan keuangan yang kurang tepat waktu.
Apakah nilai wajar aset turun dibawah nilai
bukunya?
Aset dihentikan saat nilai wajarnya kurang
dari nilai bukunya.Di banyak negara ,aturan akuntansi meminta perusahaan untuk
mencatat rugi saat ada penurunan nilai aset secara permanen,
Pasar untuk beberapa aset operasional tidak
lancer tidaklah lengkap sehingga penentuan nilai wajarnya sangat subjektif,bagi
analisis keadaan diatas memunculkan kemungkinan adanya kekeliruan manajemen
dalam menilai aset.
Apakah estimasi nilai wajar akurat?
Manajer melakukan estimasi nilai wajar
adalah untuk menyesuaikan nilai buku saat perusahaan menggunakan metode
revaluasi sebagai pengganti metode harga perolehan.estimasi nilai wajar juga
dibutuhkan untuk menghitung goodwilldalam
penggabungan usaha khususnya untuk menghitung jumlah biaya akuisisi yang
melebihi nilai wajar aset neto yang diakuisisi,yang akan dicatat sebagai goodwill di neraca.
Distorsi Aset
Penilaian aset secara
berlebih dapat terjadi jika manajer mempunyai insentif untuk menaikkan laba
yang di laporkan sehingga penyesuaian terhadap aset perlu diiringi dengan
penyesuaian terhadap laporan laba rugi dalam bentuk menaikkan biaya atau
mengurangi pendapatan,Analisis akuntansi meliputi penilaian apakah manajer
merendahkan atau meninggikan aset (dan juga laba) dan jika ya,maka perlu
dilakukan penyesuaian untuk merendahkan atau meninggikan nilai aset (dan laba).
Contoh perendahan aset
a)
Meninggikan depresiasi aset
tidak lancar
Aset
tidak lancar seperti peralatan pabrik mengalami penurunan nilai sepanjang waktu
.aturan akuntansi meminta agar perusahaan secara periodik menyusutkan nilai
buku aset.pengurangan nilai buku aset
harus dicatat sebagai biaya depresiasi atau amortisasi untuk aset tidak
lancar.manajer membuat estimasi masa mamfaat ,nilai sisa ,dan tarif amortisasi
untuk aset tidak lancer,jika estimasinya positif maka aset lancer dan labanya
akan terlalu tinggi.
b)
Aset sewa yang tidak dilaporkan
dalam neraca (laporan posisi keuangan)
Ada dua
cara perusahaan melaporkan aset sewanya yaitu metode operasonal dan metode
pembiayaan ,karena untuk melaporkan sewa didefinisikan secara luas dan tidak
kondusif maka menciptakan peluang bagi manajemen untuk mengelak membedakan antara
sewa operasional dan pembiayaan sehingga mengakibatkan aset sewa dinyatakan
lebih rendah.
Aset tak berwujud penting yang tidak
tampak pada neraca (laporan posisi keuangan)
Beberapa
aset perusahaan yang penting tidak masuk pada laporan keuangan. Contohnya
investasi dalam R&D, pengeluaran untuk pengembangan perangkat lunak, merek,
dan basis keanggotaan yang di ciptakan melalui iklan dan promosi. Aturan
akuntansi di sebagim nesar perusahaan melarang untuk mengapitalisasikan
pengeluaran riset terutama karena manfaat pengeluaran tersebut memiliki
kepastian yang rendah. Membebankan biaya untuk aset takberwujud menimbulkan dua
implikasi bagi analisis. Pertama, menghilangkan aset takberwujud dari laporan
posisi keuangan sehingga menggelembungkan tingkat imbal hasil modal (atau imbal
hasil aset). Dampak kedua dari membiayakan pengeluaran aset takberwujud adalah
menyulitkan analisis untuk menentukan apakah model bisnis perusahaan dapat
berhasil atau tidak. Konsisten dengan ini, penelitian menemukan bahwa investor
lebih menganggap pengeluaran R&D dan iklan sebagai aset daripada sebagai
biaya.
Bagaimana
analisis mengatasi masalah penghilangan aset takberwujud? Salah satunya adalah
menyerahkannya pada akuntansi dan harus mengakui bahwa ada bias yamg melekat
pada peramalan tingkat imbal hasil jangka panjang akibat metode akuntansi. Cara
kedua adalah megapitalisasi aset takberwujud dan mengamortisasinya di sepanjang
masa manfaatnya.
Piutang dagang didiskontokan
Guna
meningkatkan likuiditas, perusahaan kadang-kadang memutuskan untuk menjual
sebagian piutang dagangnya pada lembaga keuangan, setelah itu lembaga inilah
yang akan menagih pelunasan piutangnya. Saat piutang dagang terjual, penjual
harus memutuskan apakah akan dibukukan sebagai transaksi penjualan atau sebagai
penerimaan pinjaman dengan jaminan piutang dagang.
Penjualan
piutang dagang yang dilakukan perusahaan tidak berarti bahwa perusahaan
tersebut terlepas dari risiko kredit. Lembaga keuangan yang membeli piutang
dagang perusahaan sering kali memiliki kekuatan untuk melawan penjual guna
meminta penjual terus-menerus mengestimasi kerugian piutang dan mencatat utang
bersyarat untuk sejumlah kerugian yang dijaminnya. Pada kasus ini, aturan
akuntansi internasional membolehkan transaksi untuk di laporkan sebagai
penjualan aset hanya jika penjual dapat memenuhi kondisi penyerahan kendali
atas piutang dagang seperti yang telah dijelaskan dan pembeli mengasumsikan
seuruh risiko selain risiko kredit. Pada kasus yang eksterm, saat ada
ketidakpastian yang signifikan pada nilai utang bersyarat, analisis harus
memutuskan apakah akan menyatakan kembali laporan keuangan perusahaan dengan
"mengembalikan" piutang dagang yang sudah terjual ke laporan posisi
keuangan. Ini akan meningkatkan utang perusahaan dan akan mengaruhi laporan
laba rugi karena laba atau rugi dari penjualan harus dikeluarkan dari laporan
laba rugi. Selain itu pendapatan bunga atas piutang wesel dan biaya bunga
pinjaman juga harus dicatat setiap tahun.
Contoh peninggian aset
Berikut
ini adalah berbagai tipe distorsi yang meninggikan nilai aset dan koreksi yang
dapat dibuat analisis untuk menjamin bahwa aset telah dilaporkan secara tepat.
Beberapa metode akuntansi yang akan dijelaskan juga dapat digunakan manajer
untuk merendahkan nilai aset.
Mempercepat pengakuan pendapatan
Manajer
biasanya memiliki informasi yang baik guna menentukan saat oengakuan pendapatan
apakah saat produk atau jasa tersedia bagi konsumen atau apakah saat kas
diterima. Namun manajer juga memiliki insntif untuk mempercepat pengakuan
pendapatan, menggelembungkan laba yang dilaporkan pada suatu periode. Pada
akhirnya piutang dagang dan laba akan ditinggikan. Selama tahun 1990-an san
awal tahun 2000, pengakuan pendapatan yang agresif merupakan bentuk manajemen
laba yang paling populer, seperti yang dinyatakan oleh SEC.
Menunda menghapus aset tidak lancar
Kondisi
buruk di industri atau dalam ekonomi perusahaan dapat memengaruhi nilai aset
tidak lancar dan aset lancar. Saatnnilai wajar aset jatuh di bawah nilai
bukunya, aset harus dihentikan penggunaannya. Estimasi penilaian aset dan
penurunan nilainya bersifat subjektif karena pasar sekunder untuk aset tidak
lancar biasanya tidak likuid dan tidak lengkap. Kondisi ini biasa terjadi pada
aset tidak lancar seperti goodwill, yang terjadi saat biaya untuk akuisisi
melebihi nilai wajar aset yang diakuisisi. Akibatnya manajer menggunakan
keputusannya untuk menunda menghapusnya dari laporan posisi keuangan dan
menghindari menampilkan biaya penurunan aset pada laporan laba-rugi. Isu ini penting pada perusahaan yang banyak
menggunakan aset pada pasar yang volatil (misalnya perusahaan penerbangan) atau
pada perusahaan yang menerapkan strategi pertumbuhan agresif melalui akuisisi
dan melaporkan jumlah goodwill yang substansial. Manajer juga kadang kala
memiliki insentif untuk meninggikan aset yang dihentikan. Estimasi manajer yang
terlalu pesimis dalam penurunan nilai aset tidak lancar dapat mengurangi laba
periode berjalan dan menggelembungkan laba periode berikutnya.
Menunda menghapus aset lancar
Jika
aset lancar menjadi usang yaitu nilai bukunya berada di bawah nilai
realisasinya, standar akuntansi umumnya meminta untuk di hapuskan pada nilai
wajarnya. Penurunan nilai aset lancar juga memengaruhi laba karena pemghapusan
dibebankan secara langsung ke laba sehingga menunda penghapusan aset
sesungguhnya menjadi salah satu cara manajer untuk menggelembungkan laba yang
dilaporkan.
Manajer
memiliki potensi untuk meninggikan nilai aset
lancar yang dihapus pada tahun dengan kinerja buruk atau saat perusahaan
nerada dalam tekanan keuangan. Dengan meninggikan nilai aset yang mengalami
penurunan nilai, meninggikam kerusakan aset lancar dan meninggikan biaya pada
periode terkini, manajer dapat menunjukan biaya yang lebih rendah pada periode
berikutnya dan laba yang lebih besar. Meninggikan penghapusan aset lancar juga
dapat terjadi saat optimisme manajer terhadap prospek perusahaan di masa depan
lebih rendah dibanding analisis.
Mencadangkan terlalu rendah
Manajer
mengestimasi kerugian akibat kegagalan menagih piutang dagang dan pinjaman.
Jika manajer membuat cadangan terlalu rendah makanaset dan laba akan dinyatakan
secara berlebih. Peringatan yang menandai ketidakcukupan cadangan meliputi
bertambahnya hari penagihan piutang dagang, penurunan bisnis dari klien utama
perusahaan dan bertambahnya pelanggaran pinjamim. Jika manajer mencadangkan
berlebih untuk akun kerugian piutang atau pinjaman maka akun piutang dagang dan
pinjaman akan dinyatakan terlalu rendah.
Pengakuan Liabilitas
Utang
didefinisikan sebagai kewajiban ekonomis yang diakibatkan oleh manfaat yang
diterima dimasa lalu yang jumlah dan manfaatnya diketahui dengan kepastian yang
wajar. Utang mencakup kewajiban pada konsumen yang sudah membayar uang muka
untuk produk atau jasa; komitmen pada publik dan pihak yang menyediakan
pendanaan utang; kewajiban pada pemerintah untuk membayar pajak; komitmen pada
karyawan untuk membayar gaji dan manfaat pensiun; dan kewajiban dari
pengadilan, pemerintah atau lingkungan untuk membayar sejumlah denda.
Distorsi Liabilitas
Utang
biasanya cenderung menjadi rendah pada saat perusahaan mempunyai komitmen
penting yang sulit untuk dinilai sehingga tidak dimasukkan sebagai utang untuk
kepentingan laporang keuangan perusahaan. Merendahkan utang biasanya juga terjadi
saat manajer mempunyai insentif untuk menyatakan posisi keuagan yang lebih
tinggi dari yang sebenernya atau untuk menggelembungkan laba yang di laporkan.
Analisis akuntansi melibatkan perkiraan guna menetukan apakah manajer
merendahkan utangnya dan jika perlu, menyesuaikan neraca (laporan posisi
keuangan) dan laporan laba ruginya. Merendahkan utang yang dilaporkan biasanya
terjadi pada kondisi sebagai berikut:
·
Pendapatan yang di tangguhkan
direndahkan melalui pengakuan pendapatan yang agresif.
·
Biaya provisi direndahkan.
·
Pinjaman dari diskonto piutang dagang di
luar neraca(laporan posisi keuangan)
·
Utang tidak lancar pada transaksi sewa
di luar neraca (laporan posisi keuangan)
·
Kewajiban pensiun tidak sepenuhnya
dicatat.
Contoh merendahkan liabilitas yang dilaporkan
·
Merendahkan
pendapatan yang ditangguhkan
Jika kas sudah diterima namun
produk atau jasa belum disediakan, timbullah yang namanya utang (biasanya
disebut sebagai pendapat yang ditangguhkan). Utang ini merefleksikan komitmen
perusahaan untuk menyediakan produk atau jasa pada konsumen dan hilang saat
komitmen terpenuhi. Perusahaan yang mengakui pendapatan secara prematur,
setelah menerima kas namun sebelum menyediakan produk atau jasa pada konsumen,
berarti telah merendahkan utang pendapatan ditangguhkan dan meninggikan
labanya. Perusahaan yang membendel kontrak jasa pada penjualan suatu produk
cenderung akan merendahkan utang pendapatan ditangguhkan karena memisahkan
harga produk dengan harga jasa bersifat subjektif.
·
Merendahkan
biaya provisi
Banyak perusahaan mempunyai
kewajiban yang mengakibatkan arus kas atau sumber dayanya keluar di masa
mendatang namun jumlah pastinya sulit untuk diketahui. Contoh ketidakpastian
utang adalah utang yang timbul dari kewajiban untuk membersihkan pencemaran
dilingkungan produksi atau memberikan garansi pada produk yang sudah terjual.
Standar internsional akuntansi menyarankan prusahaan guna mencatat
provisi-utang nonfinansial-pada laporan posisi keuangannya untuk utang yang
tidak pasti saat:
1. Sangat
mungkin kewajiban tersebut mengakibatkan adanya arus kas keluar dimasa
mendatang.
2. Perusahaan
memiliki sedikit diskresi atau bahkan tidak memiliki diskresi untuk menghindari
kewajiban tersebut.
3.
Perusahaan dapat membuat estimasi jumlah
kewajiabn yang reliable.
Saat
utang yang tidak pasti memenuhi kriteria tersebut untuk diakui, perusahaan
mengungkapkan utang tersebut hanya di catatan atas laporan keuangan sebagai
utang kntijensi.
Diskonto piutang dagang di luar
neraca (laporan posisi keuangan)
Piutang
dagang yang didiskontokan pada instusi keuangan dianggap dijual jika penjual
mnyerahkan pengendalian atas piutang dagang tersebut kepembelinya. Namun jika
penjualan tersebut memberi hak pada pembeli untuk mengajukan syarat saat
piutang dagang tersebut gagal tagih maka penjual yang harus tetap menanggung
resiko piutang dagang tersebut. Meramalkan gagal tagih maupun pembiayaan
kembali melibatkan perkiraan manajemen sehingga penting bagi analis untuk
mengevaluasi estimasi perusahaan atas kemungkinan gagal tagih dan komitmen yang
melekat pada piutang dagang yang didiskontokan.
Liablitas tidak lancar dari sewa
diluar neraca (laporan posisi keuangan)
Diskusi
di awal bab ini menyebutkan jika aset dan utang sewa beli yang pentng bagi
perusahaan bisa tidak dicatat pada laporan posisi keuangan jika perusahaan
membuat transaksi sewa tampak seperti sewa operasional. Perusahaan yang
“menumbuhkan” transaksi guna menghindari menunjukan aset dan kewajiban sewa
pada laporan keuangannya akan memiliki neraca (laporan posisi keuangan) yang
sangat berbeda dengan perusahaan yang menunjukan kondisi ekonomi sebenernya
dengan cara sewa pembiayaan atau meminjam dari bank guna membeli aset yang
ekuivalen. Pada perusahaan yang memilih untuk membuat transaksi sewanya agar
tampak seperti sewa operasional, analisis dapat menyatakan kembali transaksi
sewa sebagai sewa pembiayaan seperti yang teah didiskusikan pada bagian
distorsi aset sebelumnya.
Kewajiban manfaat pensiun yang tidak
dicatat secara penuh
Beberapa
perusahaan berkomitmen untuk menyediakan manfaaat pensiun dan manfaat lainnya
seperti asuransi kesehatan bagi karyawannya. Standar akuntansi internasional
meminta manajer untuk mengestimasi dan melaporkan nilai sekarang komitmen yang
sudah diperoleh karyawan selama merek bekerja untuk perusahaan. Kewajiban ini
diimbangi dengan komitmen perusahaan atas aset yang akan digunakan untuk
membiayai manfaat di masa mendatang. Jika dana pada sisi rencana manfaat
pensiun lebih besar (kurang dari) komitmen aset maka rencana tersebut didanai
berlebih (kurang dana). Standar akuntansi internasional meminta perusahaan
mengestimasi nilai komitmen pensiun yang disebut sebagai utang manfaat pensiun
dan dihitung sebagai nilai sekarang pembayaran yang diekpetasi terjadi dimasa
depan berdasarkan rencana pensiun perusahaan. Utang
pada rencana pensiun merupakan nilai uang sekarang dari komitmen yang
direncanakan dengan memperhatikan kenaikan tingkat upah dan gaji dimasa datang.
Pada manfaat lainnya seperti asuransi kesehatan, utang perusahaan dihitung
sebagai nilai manfaat dimasa mendatang bagi karyawan dan ahli warisnya.
Distorsi Ekuitas
Penyebab munculnya Distorsi Ekuitas akibat
dari Distorsi pada Aset dan Liabilitas.
Klaim Kontijensi
a. Opsi
saham karyawan (Beban kompensasi berbasis saham)
Merupakan opsi saham memberikan hak pada pemiliknya untuk membeli sejumlah
saham pada harga yang telah ditentukan sebelumnya.
-
Memberikan hak pada pemegangnya untuk
membeli saham pada harga tertentu dan periode tertentu (harga & periode
eksekusi).
-
Menyediakan insentif bagi manajer untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham dan mempermudah menarik manajer yang
berbakat.
b. Koversi
opsi pada surat utang konvertibel (Dampak dari sekuritas campuran)
Merupakan
utang yang dapat dikonversi dan utang yang dikeluarkan bersamaan dengan waran.
Sekuritas ini sebagian merupakan utang, dan sebagian merupakan ekuitas. Pemegang surat utang ini memiliki hak untuk membeli sejumlah saham
guna menukar klaimnya.
Faktor penting untuk
mempertimbangkan pembukuan klaim kontijensi pada laporan keuangan perusahaan :
Meski tidak mengeluarkan kas perusahaan klaim
kontijensi tidak gratis bagi pemegang saham perusahaan karenamennipiskan modal
pemegang saham terkini dan menimbulkan biaya ekonomis bagi pemegang saham.
→ Guna meningkatkan laba neto terkini sebagai
pengukur kinerja ekonomi, maka biaya ekonomi klaim kontijensi seharusnya
disertakan pada laporan laba rugi pada periode yang sama saat perusahaan
menerima manfaat dari klaim ini.
Pemegang surat utang konnvertibel
bersedia untuk dikenai tingkat bunga yang lebih rendah sebagai penukar opsi.
Dan jika di tahun mendatang perusahaan ingin menerima jasa/tingkat bunga rendah
yang sama tanpa menyediakan klaim kontijensi atas asetnya maka perusahaanharus
bersedia memberikan sumberdaya lainnya.
→ Guna meningkatkan laba neto terkini sebagai
prediktor laba neto perusahaan dimasa mendatang, laporan laba rugi harus
mencakup biaya yang mencerminkan nilai klaim kontijensi penerimanya.
Daur ulang nilai wajar
laba rugi yang belum direalisasikan
Biasanya
perusahaan mencatat sekuritas yang tersedia untuk dijual pada nilai wajar dan
nilai wajar laba (rugi) yang belum direalisasikan secara langsung pada laporan
laba komprehensif. Kelemahan dari daur ulang laba rugi yang belum
direalisasikan pada sekuritas yang tersedia untuk dijual adalah pemilihan waktu
penjualan sekuritas untuk menentukan periode realisasi laba atau rugi.
Perbedaan antara sekuritas yang tersedia untuk dijual dengan sekuritas
perdagangan jangka pendek adalah sekuritas pertama didesain perusahaan sebagai
investasi jangka panjang. Akibatnya, standar internasional meminta hanya laba rugi revaluasi dari
sekuritas perdagangan jangka pendek yang dianggap sebagai laba dari operasional
dan secara langsung dimasukkan pada laporan laba rugi.
Analis
bisa menggunakan informasi dari laporan laba rugi komprehensif untuk
menggabungkan laba dan rugi yang belum direalisasikan dari sekuritas yang
tersedia untuk dijual pada laba netto dan membatalkan distorsi pada laporan
keuangan yang bersumber dari pemilihan waktu penjualan sekuritas.
Kasus
AstraZaneca
(Perusahaan farmasi terbesar dunia)
Diasumsikan
biaya R&D terjadi sepanjang tahun, amortisasi hanya dilakukan pada separuh
tahun dengan rata-rata usia ekonomis investasi R&D 5 tahun. Pengeluran
R&D untuk tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, aset R&D tahun 2007
adalah sebesar $10,5 miliar, dengan perhitungan :

Beban
amortisasi R&D (termasuk dalam Beban Operasional Lainnya) untuk tahun 2007
dan 2008 berturut-turut adalah sebesar $3,6 miliar dan $4 miliar dengan
perhitungan :

AstraZaneca
akan melanjutkan untuk segera membebankan perangkat lunak R&D, untuk
kepentingan pajak. Perubahan dalam metode pelaporan akan menaikkan Liabilitas
Pajak Tangguhan. Dengan tarif pajak marginal sebesar 28%, liabilitas ini akan
samadengan 28% nilai aset tak berwujud yang dilaporkan dengan saldo yang
meningkatkan Ekuitas Pemegang Saham.
Adapun
penyesuaian yang perlu dilakukan untuk mengkapitalisasi perangkat lunak R&D
pada AstraZeneca untuk tahun 2007 dan 2008 sebagai berikut :

Kasus
MicroStrategy (Perusahaan perangkat lunak)
Pada
Maret 2000, perusahaan menyerah dan mengatakan bahwa telah meninggikan
pendapatan kontrak dengan melibatkan komitmen mendatang dalam jumlah yang
signifikan yaitu $54,5 juta sehingga harus menyatakan kembali laporan keuangan
pada tahun 1999 dan beberapa tahun sebelumnya. Guna meminimalkan distorsi yang
ada pada laporan keuangan tahun 1999, berikut ini yang harus dilakukan :
1) Pada triwulan saat kontrak dipesan oleh konsumen,
maka penjualan akan nerkurang dan pendapatan ditangguhkan (utang lancar
lain-lain) akan naik sebesar $54,5 juta.
2) Harga Pokok Penjualan akan turun dan biaya dibayar
dimuka (persediaan untuk produk perusahaan) akan guna mencerminkan penjualan
yang lebih rendah (biaya pendapatan lisensi 3% dari pendapatan lisensi, yang
berimplikasi pada penyesuaian terhadap biaya yang dibayar dimuka (akun aset
lancar lain-lain) dan harga pokok penjualan tidak terlalu banyak $1,6 juta).
3) Penurunan laba sebelum pajak akan mengakibatkan
laba sebelum pajak menjadi lebih rendah pada laporan keuangan perusahaan (namun
bisa saja tidak terjadi hal ini pada laporan pajak). Jika tarif pajak marginal
MicroStrategy adalah 35%, penurunan biaya pajak dan utang pajak ditangguhkan
adalah sebesar $18,5 juta [(54,5 – 1,6) × 0,35].
Efek
penyesuaian pada laporan keuangan triwulan perusahaan :

Analisis
Keuangan
Implementasi
Analisis Akuntansi

Dibuat
Oleh :
(Kelompok
4)
·
Shinta Monica (201412030)
·
Dewi Larasati (201412034)
·
Margaretta tobing (201412045)
·
Marlina Fili (201412052)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Comments
Post a Comment