KONSEP HUTANG DAN EKUITAS
KONSEP HUTANG DAN
EKUITAS
A.
HUTANG
1.
Karakteristik
Hutang
Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan
sebagai pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena
kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa
kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.
Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan
FASB, IAI (1994)definisi hutang (kewajiban) yaitu hutang perusahaan masa kini
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi
Dari pengertian tersebut komponen utama hutang
antara lain:
a)
Kewajiban Sekarang
Kewajiban Kewajiban timbul
karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang tidak
dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa.
Objek hutang yang sebenarnya
adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang. Oleh karena itu, menurut Kam
(1990: p.111) definisi hutang yang lebih menunjukkan pada saat sekarang adalah
kewajiban suatu unit usaha yang merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut
untuk menyerahkan aktiva/jasa pada pihak lain di masa mendatang sebagai akibat
transaksi di masa lalu.
Kewajiban dikelompokkan menjadi
dua jenis, antara lain:
1)
Kewajiban pada kreditor atau hutang
2)
Kewajiban kepada pemilik
Meskipun kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva, namun keduanya
memiliki hak yang berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan pelunasannya
dalam kasus likuidasi. Sedangkan untuk pemilik, hak atas aktiva hanya
didasarkan pada sisa aktiva setelah kewajiban terhadap kreditor terpenuhi.
b)
Hasil Transaksi Masa Lalu
Syarat
lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi tersebut
menunjukkan transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat digunakan
untuk memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat sebagai
hutang dalam neraca.
2.
Terjadinya
Hutang
Intrepretasi terhadap terjadinya hutang
cenderung didasarkan konsep economic substance over legal form bukan
semata-mata pada aspek yuridisnya. Dengan demikian, apabila dinilai dari
substansi ekonomi suatu transaksi/peristiwa memenuhi kriteria hutang, otomatis
hutang akan diakui dan disajikan dalam neraca.
a)
Keadaan Yang Dapat
Menimbulkan Hutang
Untuk menentukan suatu
transaksi sebagai hutang atau bukan, sangat tergantung pada kemampuan untuk
menafsurkan transaksi/kejadian yang emnimbulkannya. Namun demikian, ditinjau
dari penafsiran sematik apabila suatu kewajiban dalam kenyataannya memang ada,
maka yang paling penting adalah mencatat hal tersebut sebagaisuatu hutang tanpa
memperhatikan bagaimana terjadinya.
Kohler, (1970: hal.263)
menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk
uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai
berikut:
·
Terjadi atau telah
terjadi
·
Terjadi pada suatu saat
tertentu di masa mendatang
·
Terjadi karena tidak
dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan dating
Hutang dapat terjadi karena
beberapa factor, antara lain.
i.
Kewajiban Legal atau
Kontrak (Contractual Liabilities)
Kewajiban
legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan
hukum untuk membayar kas atau menyerahkan berang (jasa) kepada entitas
tertentu.
ii.
Kewajiban Konstruktif
(Constructive Liabilities)
Kewajiban
konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk
tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui
perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.
iii.
Kewajiban Equitable
Kewajiban
ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh
perusahaan karena alas an moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik
secara umum.
b)
Unconditional Right of
offset
Kewajiban
yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang dan jasa di
masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya
bukan hutang. Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang
berasal dari transaksi usaha dan menimbulkan kewajiban untuk melakukan
pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang atau jasa telah diterima.
Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila tidak ada satu
pihakpun yang melaksanakan suatu prestasi kerja. Alasannya adalah sebelum
barang tersedia, kewajiban pembeli terhadap hak penguasaan aktiva ditandai oleh
hak pembeli untuk menerima barang tersebut. Dalam kondidi tertentu kontrak yang
harus dilaksanakan atas pembelian barang atau jasa dapat tidak dilaporkan bila
kewajiban terhadap komitmen pembelian tersebut melebihi nilai barang yang
diperoleh. Misalnya jika terdapat penurunan yang material terhadap harga barang
terjadi setelah kontrak pembelian jangka panjang ditandatangani, maka kewajiban
tersebut melebihi nilai hak menurut kontrak. Akibatnya timbul suatu kerugian.
Oleh karena itu pencatatan terhadap hutang hanya dilakukan sebesar kerugian
yang terjadi dari pelaporan laba bersih dan mengkredit jumlah yang sama dengan
debet kerugian yang timbul. Secara umum dapat dirumuskan bahwa hutang
harus diakui dalam laporan keuangan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
·
Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi
jasa/manfaat ekonomi masa mendatang akan dilakuka atau akan terjadi
·
Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti
Menurut Kam (1990) hutang dapat
diakui berdasarkan kondisi berikut ini:
ü Didasarkan pada hukum
Adanya
dasar hokum yang menyebabkan terjadinya hutang adalah syarat legal untuk
mengakui hutang, meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban equitable.
ü Pemakaian prinsip konservatisme
Prisip
konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan.
Jadi rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan terjadi.
Pencatatan terhadap rugi/hutang semacam ini merupakan praktek yang diterima
umum.
ü Substansi ekonomi suatu
transaksi
Apabila
suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka hutang dapat
segera diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
ü Kemampuan mengukur nilai hutang
Kriteria
ini berkaitan dengan reabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap hutang
sangat subyektif/arbritrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan
hutang tidak dicatat dalam neraca.
c)
Pengukuran Hutang
Dasar pengukuran hutang adalah
jumlah rupiah sumber ekonomi yang harus dikorbankan apabila pada saat penilaian
(pelaporan), hutang dilunasi. Dengan demikian, dasar penilaian yang digunakan
adalah nilai sekarang pengeluaran kas/pengorbanan sumber ekonomi masa mendatang
untuk melunasi hutang tersebut sampai tanggal jatuh tempo. Besarnya nilai
hutang tersebut harus didiskontokan dengan tingkat bunga tertentu dengan rumus
sebagai berikut:
PV = F (1 + r)-1
PV = Nilai sekarang dari hutang
pada tanggal penilaian
F = Aliran kas masa mendatang
pada periode t dari tanggal penilaian
r = tingkat bunga
Dasar penilaian tersebut
berlaku untuk semua hutang. Weil (1990) menyebutkan bahwa pendiskontoan
terhadap elemen laporan keuangan hanya dapat dilakukan bila:
1)
Elemen tersebut menunjukkan klaim kepada atau
kewajiban untuk membayar sejumlah tertentu yang dapat ditaksir dengan cukup
pasti
2)
Perusahaan akan membayar jumlah tersebut dalam
periode lebih dari satu tahun setelah tanggal neraca
3)
Klaim /kewajiban timbul dari transaksi,
kecuali transaksi executor contract
4)
Perusahaan telah merevaluasi elemen neraca
karena adanya informasi baru.
d)
Penyelesaian Hutang
IAI (1994: paragraf 62) salam
SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiba masa kini biasanya melibatkan
perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi
untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan
§ Pembayaran kas
§ Penyerahan aktiva
§ Pemberian jasa
§ Penggantian kewajiban tersebut
dengan kewajiban yang lain atau,
§ Konversi kewajiban menjadi ekuitas
§ Kewajiban juga dapat dihapus
dengan cara lain seperti kreditor membebaskan atau membatalkan haknya.
a.
In-Subsance
Defeseance
In-Subsance Defeseance adalah suatu rencana perjanjian
dimana seorang debitur menempatkan sejumlah tertentu harta moneter secukupnya
yang bebas resiko pada kuasa badan perwakilan (trust) tertentu untuk
digunakan sebagai pembayaran hutang di masa mendatang.
Gambaran tentang pelunasan
hutang dengan cara In-Subsance Defeseancedapat dilihat
pada contoh berikut ini. PT. A mempunyai hutang obligasi sebesar Rp. 10.000.000
dengan tingkat bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Atas
hutang tersebut PT. A membeli sertifikat bank Indonesia senilai Rp. 10.000.000
dengan tingkat bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun.
Pembelian tersebut dilakukan secara tunai dengan total pengeluaran Rp.
7.500.000. sertifikat Bank Indonesia kemudian diserahkan pada badan perwakilan
untuk digunakan sebagai pelunasan hutang.
Jurnal yang dibuat adalah
sebagai berikut:
Pada saat pembelian:
Investasi sertifikat Bank
Indonesia
Rp. 10.000.000
Kas
Rp. 10.000.000
Pada saat penempatan sertifikat
Bank Indonesia pada badan perwakilan:
Hutang
Obligasi Rp.
10.000.000
Investasi sertifikat Bank
Indonesia Rp. 7.500.000
Untung
(extraordinary)
Rp. 2.500.000
Keuntungan PT. A dalam
melakukan transaksi semacam itu adalah:
1)
Hutang akan berkurang sehingga rasio debt
equity menjadi lebih baik
2)
Laba bersih tahun berjalan akan meningkat
3)
Untuk tujuan pajak, untung tidak dapat diakui
4)
Pendapatan bunga dari Sertifikat Bank
Indonesia dapat digunakan untuk menutup biaya bunga atas hutang obligasi
b.
Kredit Tangguhan
(Deferred Credit)
Dalam
laporan keuangan sering kali timbul masalah yang berkaitan dengan perlakuan
kredit tangguhan tertentu yang dimasukkan sebagai hutang misalnya uang muka
yang dibayar pembeli tetapi produk belum diserahkan kepada pembeli. Kasus
demikian menunjukkan adanya kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa pada
masa mendatang kepada pembeli. Dengan demikian transaksi tersebut jelas
dianggap sebagai hutang. Kredit tangguhan yang sering menjadi masalah laba
kotor belum direalisir yang timbul dari penjualan angsuran. Apabila prinsip
pengakuan pendapatan atas penjualan angsuran diterapkan, laba hanya akan diakui
bila terdapat kas yang diterima atas penjualan angsuran tersebut. Laba kotor
yang belum direalisir merupakan perbedaan nantara penjualan dan cost barang
terjual atas penjualan angsuran.
c.
Hutang Dan Rugi
Kontijensi (Contingent loss/Liabilities)
Dalam
FASB Statement No. 5 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
kontijensi adalah suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian
akan timbulnya kemungkinan hutang atau rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya
kemungkinan tersebut tergantung pada terjadi atau tidaknya suatu hutang
terutama menyangkut kewajiban sekarang atau masa mendatang
B.
EKUITAS
1.
Teori Ekuitas
Teori ekuitas adlah teori yang
menjelaskan sudut pandang yang digunakan dalam akuntansi berkaitan dengan
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dengan kata lain, penyusunan dan
penyajian laporan keuangan sangat tergantung pada sudut pandangyang digunakan
yaitu siapa yang dianggap paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.
2.
Teori Proprietary
Teori
ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan. Teori ini
memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi, tujuan perusahaan,
jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat dari sudut pandang
pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran
pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan adalaH
Aktiva – hutang = modal
Aktiva merupakan kekayaan
pemili, sementara hutang merupakan kewajiban pemilik. Kepemilikan ini dianggap
sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk pemilik. Ketika usaha baru dimulai,
nilai ini sama dengan investasi pemilik. Selama berjalanmya usaha maka nilai
perusahaan sama denganinvestasi awal ditambahakumulasi laba bersih setelah
dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori proprietary menganut wealth
concept.
Teori proprietary sangat cocok
diterapkan untuk organisasi perusahaan perseorangan dan firma oleh karna dalam
bentuk organisasi ini ada hubungan personal antara manajemen perusahaan dengan
pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah
setiap periode ke rekening modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak
mengukur kenaikan bersih kekayaan.
Makna laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik,
pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik, sementara biaya diartikan Sebagai
penurunan modal pemilik. Dengan demikian laba merupakan kenaikan kekayaan atau
kemakmuran pemilik selama satu periode yang menjadi hak bagi pemilik
3.
Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk
mengatasi kelemahan yang melekat pada teori proprietary. Kenyataan menunjukkan
bahwa perkembangan kegiatan usaha menyebabkan perusahaan menjadi unit usaha
yang berdiri sendiri terpisah dari identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat
pemisah antara kepentingan pribadi pemilik dengan kepentingan perusahaan.
Perusahaan dianggap Bertindak atas nama dan kepentingannya sendiri terpisah
dari pemilik. Teori entitas didasarkan atas persamaan akuntansi:
Aktiva = Hutang = Modal
Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)
Jadi hutang adalah kewajiban khusus
perusahaan, dan aktiva menunjukkan hak perusahaan menerima barang dan jasa
khusus atau manfaat lainnya
Ada 2 versi teori entitas , yaitu
i.
Versi Tradisional
Menurut pandangan tradisional
perusahaan beroperasi untuk pemegang ekuitas (equity holders) yaitu pihak yang
memberi dana bagi perusahaan. Dengan demikian perusahaan harus melaporkan
status investasi dan konsekuensiinvestasi yang dilakukan pemilik
ii.
Versi Baru
Pandangan ini menyatakan bahwa
perusahaan beroperasi atas namanya sendiri dan berkentingan terhadap
kelangsungan hidupnya sendiri.
Meskipun kedua pandangan diatas
memusatkan perhatiannya pada kesehatan usaha ( entitas yang independen), namun
pandangan tradisional melihat pemegang ekuitas sebagai partner dalam kegiatan
usaha yang dijalankan. Sedangkan pandangan baru melihat pemegang ekuitas
sebagai pihak luar perusahaan. Olek karena pemilik dan kreditor merupakan
pemegang ekuitas yang memberi dana, maka persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Ekuitas
Atas dasar teori entitas,
neraca yang disajikan mengandung makna sebagai berikut:
·
Aktiva perusahaan menyajikan informasi
langsung mengenai nilai unit usaha
·
Ekuitas menunjukkan laporan tidak langsung
terhadap jumlah nilai yang sama
·
Aktiva adalah milik perusahaan
·
Hutang merupakan kewajiban perusahaan bukan
kewajiban pemilik
·
Aktiva non monoter lebih relevan bila diukur
dengan cost histories karena nilai total aktiva sama dengan umlah pasivanya.
Makna laba
Dalam pendekatan entitas ini,
laporan rugi laba relevan dibandingkan neraca, alasannya:
·
Pemegang ekuitas lebih tertarik pada alba yang
merupakan hasilm dari investasi mereka
·
Perusahaan didirikan dengan maksud mencari
laba
·
Laba merupakan perubahan dalam aktiva bersih
perusahaan
·
Pendapatan adalah aliran masuk aktiva karena
transaksi yang dilakukan perusahaan
·
Biaya adalah cost aktiva atau jasa yang
digunakan perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan
Laba ditahan
Menurut pandangan tradisional:
·
Bunga pinjaman adlah distribusi laba ditahan
atas pemakaian pinjaman modal bukan biaya bagi kreditor
·
Deviden merupakan distribusi laba ditahan bagi
pemilik saham
·
Pajak penghasilan merupakan distribusi laba
ditahan
Menurut pandangan baru
·
Kreditor dan pemegang saham dianggap sebagai
pihak luar. Bunga pinjaman, deviden dan pajak penghasilan dianggap sebagai
biaya perusahaankarena menurunkan jum;lah ekuitas unit usaha tersebut
4.
Teori Ekuitas Residual
Seorang teoritisi akuntansi
William Paton (1962) menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah
satu jenis ekuitas dalam kerangka teori entitas. Dalam pandangan teori
entitas, pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang ekuitas
lainnyan, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik.
Jadi, teori ekuitas residual
merupakan pandangan antara teori proprietary dan teori entitas. Dalam pandangan
ini persamaan akuntansinya menjadi:
Aktiva – Ekuitas khusus =
Ekuitas Residual
Ekuitas khusus meliputi klaim
kreditur dan ekuitas pemegang saham preferen. Namun demikian pada kasus khusus
dimana kerugian begitu besar sehingga perusahaan mengalami kebangkrutan,
ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan pemegang saham preferen atau
pemegang obligasi menjadi pemegang ekuitas residual. Tujuan pendekatan ekuitas
residual adalah memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham
biasa dalam rangka pengambilan keputusan investasi. Pemegang saham biasa pada
umumnya dianggap memiliki ekuitas residual di dalam laba perusahaan dan di
dalam aktiva bersih pada saat likuidasi. Oleh karena laporan keuangan umumnya
disusun tidak dalam rangka likuidasi, maka informasi yang disajikan dalam
kaitannya dengan ekuitas residual harys berguna untuk memprediksi
dividen masa datang bagi pemegang saham biasa
5.
Teori Enterprise
Teori enterprise suatu
perusahaan merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan teori entitas. Di
dalam teori entitas perusahaan dipandang sebagai unit ekonomi terpisah yang
dioperasikan dalam rangkamemberikan manfaat bagi pemegang saham. Sedankan dalam
teori enterprise perusahaan dipandang sebagai lembaga dosial yang dioperasikan
dalam rangka memberikan manfaat bagi banyak pihak yang berkepentingan. Dalam
arti luas pihak-pihak yang berkepentingan meliputi pemegang saham, kreditur,
pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat secara umum. Jadi bentuk luas dari
teori enterprise dapat dipandang sebagai teori akuntansi social
6.
Teori Dana
Teori dana mengabaikan asumsi
hubungan personal dalam teori proprietary dan asumsi personifikasi perusahan
sebagai unit ekonomi dan legal secara artifisal dalam teori entitas. Menurut
teori dana, unit aktivitas operasi merupakan dasar akuntansi. Unit
aktivitas operasi ini disebut dana yang meliputi sekelompokaktiva dan restriksi
atau batasan-batasan yang menggambarkan fungsi atau aktivitas ekonomi. Teori
dana berdasarkan pada persamaan akuntansi sebagai berikut
Aktiva = Restriksi Aktiva
Aktiva menggambarkan jasa prospektif
kepada dana atau unit operasi. Hutang merupakan retriksi aktiva khusus atau
umum dari dana. Modal yang diinvestasikan mencerminkan retriksi legal atau
financial untuk menggunakan aktiva. Konsep teori dana ini banyak digunakan di
sektor pemerintah dan lembaga nir laba.
Posisi FASB
Financial Accounting Standard
Board (FASB) sangat jelas mengadopsi teori ekuitas residual ketika berhubungan
dengan ekuitas pemilik yang menyatakan“ hak residual pada aktiva suatu entitas
yang tersisa setelah di kurangi hutang”. Pandangan ini sejalan dengan tujuan
akuntansi yang dinyatakan oleh FASB yaitu menyediakan informasi khususnya
kepada investor atau lebih khusus kepada peemegang saham biasa.
LAPORAN NILAI TAMBAH (VALUE
ADDED) SEBAGAI PELENGKAP LAPOREAN KEUANGAN
A.
Konsep Nilai Tambah
Konsep nilai tambah secara umum dapat
didefinisikan sebagai perbedaan antara pebghasilan kotor yang diterima oleh
suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa dengan jumlah uang yang
dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa alin yang disediakan oleh pemasok
dari luar perusahaan. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa nilai tambah
pada dasarnya adalah hasil penjualan dikurangi dengan biaya bahan baku dan jasa
pihak luar yang digunakan dalam rangka menciptakan penghasilan tersebut.
Sebagian dari hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa yang
dibeli dari masyarakat di luar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai
tambah perusahan atau nilai tambah perusahaan yang diciptakan oleh pegawai yang
ada di dalam perusahaan yang bekerja dengan sejumlah modal yang berasal
dari pemegang saham, kreditur dan pemakaian fasilitas umum yang disediakan oleh
pemerintah
B.
MetodePenentuan Nilai Tambah
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk
menghitung nilai tambah suatu perusahaan, yaitu:
1)
Metode Subtractive, yaitu nilai tambah perusahaan
dapat dihitung dari besarnya nilai penjualan atau output kotor perusahaan yaitu
dengan cara hasil penjualan (HP) dikurangi dengan beban input (BI) yang terdiri
dari bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang dipakai untuk
menghasilkan penjualan tersebut atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
NT = HP- BI
2)
Metode additive merupakan
nilai tambah perusahaan dapat dihitung dari laporan laba opeasi, yaitu dengan
cara menjumlahkan jumlah input produksi yang berasal dari modal dan tenaga
kerja dalam rangka menghasilkan penjualan. Dalam istilah akuntansi adalah
jumlah laba operasi (sebelum pajak, bunga dan pos-pos luar biasa tetapi setelah
menghilangkan unsur beban operasi dan laba yang berasal dari kegiatan non
produksi) ditambah dengan biaya gaji dan upah pegawai atau secara matematis
dirumuskan sebagai berikut:
NT = BG + (LO – NP)
NT : Nilai Tambah
BG : Beban Gaji dan
Upah
LO : Laba Operasi
NP : Beban Operasi
dan Laba yang Berasal dari Kegiatan Non Produksi
C.
Penyusunan Laporan Nilai Tambah
Laporan keuangan nilai tambah dapat disusun
dengan mudah hanya dengan mengubah laporan Laba Rugi. Besarnya laba yang
ditahan perusahaan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam
beban, pajak dan deviden dari hasil penjualan atau secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut:
LD = HP – BI – Dep – BG – I – Div – T…….(1)
LD : Laba Ditahan
HP : Hasil Penjualan
BI : Total Beban Input Bahan Baku dan Jasa
Lain
BG : Beban Gaji dan Upah Pegawai
Dep : Beban Depresiasi
I : Beban Bunga
Div : Deviden yang Dibayar
T : Pajak Penghasilan
Dengan mengubah persamaan (1) yaitu
memindahkan elemen hasil penjualan, beban input dan beban depresiasi ke sebelah
kiri persamaan serta memindahkan elemen beban gaji, beban bunga, deviden, pajak
dan laba ditahan ke sebelah kanan persamaan, maka dapat dihitung besarnya nilai
tambah bersih:
HP – BI – Dep = BG + I + Div + T + LD ……………(2)
Jika nilai depresiasi dalam persamaan (2)
dipindahkan ke sebelah kanan persamaan maka akan didapat besarnya nilai tambah
kotor:
HP – BI = BG + I + Div + T + LD + Dep
Contoh:
Perusahaan A. Menjual bahan
baku kepada perusahaan B. Secara keseluruhan penjualan ini tidak akan menaikkan
nilai tambah, karena pertambahan nilai pada A akan diimbangi dengan pengurangan
nilai tambah pada B (sebagai biaya bahan pada B). Apabila barang yang diperjual
belikan itu aktiva tetap, maka seandainya B melaporkan atas dasar nilai tambah
kotor, pembelian aktiva tetap oleh B tidak akan mengurangi nilai tambah,
sedangkan nilai tambah A akan naik sebesar penjualan aktiva tetap tersebut.
Contoh tabel nilai tambah
kotor:
Hasil penjualan
Rp. 100.000
Beban input Bahan
Baku (Rp. 30.000)
Nilai tambah kotor Rp. 70.000
Didistribusikan Kepada:
Gaji dan Upah Rp.
30.000
Bunga dan Deviden Rp. 15.000
Pajak Penghasilan Rp. 10.000
Untuk mempertahankan dan memperluas aktiva:
Depresiasi Rp.
10.000
Laba Ditahan Rp.
5.000 Rp.
15.000
Nilai tambah kotor Rp. 70.000
Contoh tabel nilai tambah bersih:
Hasil penjualan Rp.
100.000
Dikurangi:
Beban input Bahan Baku Rp.
30.000
Depresiasi Rp.
10.000 Rp.
40.000
Nilai tambah bersih Rp.
60.000
Didistribusikan Kepada:
Gaji dan Upah Rp.
30.000
Bunga dan Deviden Rp. 15.000
Pajak Penghasilan Rp. 10.000
Laba Ditahan Rp.
5.000
Nilai tambah bersih Rp. 60.000
D.
Manfaat Laporan Nilai Tambah
I.
Pengungkapan
Laporan
nilai tambah merupakan usaha memberikan informasi yang lengkap dan relevan
tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok orang
yang berkepentingan terhadap perusahaan, seperti pemilik, kreditur, pegawai dan
pemerintah.
Bagi
pemakai laporan keuangan yang sudah ahli hal ini dapat dibenarkan karena mereka
dengan mudah dapat mencari informasi yang sama dari laporan tahunan perusahaan.
Namun demikian, perlu diingat bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah
memberikan informasi yang berguna bagai berbagai macam pemakai laporan keuangan
yang memiliki kebutuhan dan kemampuan menganalisa yang berbeda.
II.
Sederhana dan Fleksibel
Laporan
nilai tambah sangat mudah disusun hanya dengan memodifikasi laporan laba rugi.
Desamping itu, bentuk dan isi laporan nilai tambah lebih mudah dipahami
dibandingkan laporan laba rugi, khususnya bagi para pegawai, pemilik modal dan
pemerintah, karena laporan tersebut mengelompokkan pihak-pihak yang ikut
menyumbang tercipiptanya nilai tambah perusahaan.
III.
Hubungan Industrial
Laporan
nilai tambah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan laporan laba rugi.
a)
Laporan nilai tambah menggambaran peranan
pegawai di dalam perusahaan oleh karena dipandang sebagai pihak yang ikut
menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan. Sedang dalam laporan laba
rugi diperlakukan sebagai beban.
b)
Dengan memberikan insentif kepada para pegawai
atas dasar basarnya sumbangan mereka terhadap nilai tambah perusahaan, maka
dengan sendirinya akan menaikkan motivasi pegawai di dalam proses penciptaan
kekayaan perusahaan.
c)
Laporan nilai tambah dapat digunakan sebagai
referensi guna penyelesaian kasus-kasus pemburuhan
IV.
Kebijakan Ekonomi
Laporan
nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, oleh karena
konsep nilai tambah konsisten dengan analisa input-output yang sering dipakai
para ekonom untuk menghitung pendapatan nasional. Apabila setiap perusahaan
secara konsisten menyajikan laporan nilai tambah, maka pemerintah akan mampu
mengumpulkan data ekonomi secara akurat dan tepat waktu yang pada gilirannya
akan memberikan data yang akurat bagi keperluan peramalan dan penyusunan
kebijakan ekonomi pemerintah.
V.
Analisis Komparasi
Laporan
nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk meniali dan membandingkan prestasi suatu perusahaan dengan perusahaan
lain. Dengan mengetahui besarnya rasio antara nilai tambah dan gaji pegawai
akan dapat diprediksi sehat tidaknya suatu perusahaan. Disamping itu laporan
nilai tambah dapat pula dipakai sebagai alat untuk mengukur besar dan
pentingnya suatu perusahaan. Besarnya perusahaan biasanya tercermin dari
besarnya nilai penjualannya, tetapi perlu diingan bahwa angka nilai penjualan
dapat menyesatkan jika besarnya turnover perusahaan hanyalah pencerminan dari
biaya pembelian produk dari perusahaan lain yang di jual kembali kepada
konsumen.
E.
Kelemahan Laporan Nilai Tambah
Bagi
para pemakai yang tidak memahami konsep laporan keuangan, laporan nilai tambah
dapat membingungkan mereka sebab nilai tambah suatu perusahaan baik sebaliknya
laba perusahaan turun.
Misalnya penjualan suatu
perusahaan R. 100.000, sedang biaya inputnya Rp. 0 dan biaya gaji pegawai Rp.
110.000. laporan nilai tambah perusahaan menunjukkan Rp.100.000 (Rp.
100.000 – Rp. 0 dan menderita kerugian bersih sebesar Rp. 100.000
(Rp.100.000 – Rp. 110.000). apa yang terjadi pada perusahaan ini
sebenarnya adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan Rp. 100.000
sedangkan kekayaan yang didistribusikan kepada pegawai sebesar Rp. 110.000
melebihi besarnya kekayaan yang diciptakan. Jadi ada transfer kekayaan dari
pemegang saham ke pegawai perusahaan
Comments
Post a Comment